Monday, December 17, 2012

JIZYAH MENURUT TRADISI ISLAM DAN TRADISI JUDO KRISTIAN


Sebelum saya melanjutkan kepada persoalan jizyah di dalam Islam suatu perkara yang tidak kurang pentingnya ialah bagaimana jizyah sebenarnya telah ada dalam tradisi judo kristian sejak awal lagi.Di dalam tradisi Judo Kristian pembayaran jizyah ini dibayar dalam dua bentuk
1)Dalam bentuk pemberian harta
2)Dalam bentuk kerja rodi atau kerja paksa.
 Mislanya di dalam Kitab Yoshua 16 dikatakan bahawa Suku Efraim salah satu suku Israel mengizinkan orang-orang Kanaan tinggal di Gezer dan orang-orang Kanaan itu membayar jizyah dalam bentuk kerja paksa kepada suku Efraim.
“Tetapi orang kanaan yang diam di Gezer tidaklah dihalau mereka.Jadi orang Kanaan itu masih tetap tinggal di tengah-tengah suku Efraim sampai sekarang, tetapi menjadi budak rodi.” (Yoshua 16:10)
Misal jizyah yang di dalam bentuk harta pula ialah sepertimana jizyah yang diambil oleh Raja Daud.Ini dapat dilihat di dalam Samuel 8:
“ Sesudah itu Daud memukul kalah orang Filistin dan menundukkan mereka;        lalu Daud mengambil kendali pemerintahan atas ibu kota dari tangan orang Filistin.Dan ia memukul kalah orang Moab, lalu sambil menyuruh mereka berbaring di tanah ia mengukur tempat mereka dengan tali; diukurnya dua kali panjang tali itu untuk mematikan dan satu tali penuh untuk membiarkan hidup.Maka orang Moab takluk kepada Daud dan harus mempersembahkan upeti.”
(Samuel 8:1-2)
 Perbuatan nabi Daud itu dipuji oleh Tuhan seperti yang terdapat nasnya di dalam kitab 1 Raja-Raja 15 : 5:
“Karena Daud telah melakukan apa yang benar di mata Tuhan dan tidak menyimpang dari segala yang diperintahkannya kepadanya seumur hidupnya,kecuali dalam perkara Uria orang Het itu”  (1 Raja-Raja 15:5)
Disebut di dalam  Ensaiklopedia Al Kitab berkenaan jizyah yang diperolehi pada zaman Nabi Daud:
“Semasa era Pemerintahan Daud Perbendaharaan negara menjadi penuh karena kemenangan-kemenangannya yang berterusan di dalam peperangan-peperangan(2 Samuel 8:2,7-8).” (Ensaiklopedia Al Kitab Vol 2 ms 540)
Kemudian adalah jelas juga kepada kita bagaimana Suku Naftali salah satu suku Israel tidak mengusir penduduk Beit -Semes dengan mengenakan jizyah dalam bentuk kerja paksa seperti yang terdapat dalilnya di dalam kitab Hakim-Hakim 1:33:
“Penduduk kota Bet-Semes dan Bet-Anat pun tidak diusir oleh suku Naftali. Itu sebabnya orang Kanaan, penduduk asli negeri itu masih tinggal di situ bersama-sama dengan orang Naftali. Tetapi, mereka dipaksa bekerja untuk orang Naftali.” ( Hakim-Hakim 1:33)
Di dalam Kitab Ulangan 20 kita dapati juga bahawa Tuhannya Al Kitab memerintahkan Musa untuk memperhambakan bangsa-bangsa yang telah ditakluki sebagai bentuk jizyah.
Ulangan 20:
“ Apabila engkau mendekati suatu kota untuk berperang melawannya, maka    haruslah menawarkan perdamaian kepadanya
Apabila kota itu menerima tawaran perdamaian itu dan dibukanya pintu gerbang bagimu, maka haruslah semua yang terdapat di situ melakukan pekerjaan rodi bagimu dan menjadi hamba kepadamu.”(Ulangan 20:10-11)
Demikianlah wujudnya jizyah di dalam Perjanjian Lama samada dalam bentuk pemberian harta atau kerja paksa.Adanya jizyah bukan saja diperakukan oleh nas-nas Perjanjian Lama sahaja malah turut diperakukan juga oleh nas-nas Perjanjian Baru.Hal ini adalah berdasarkan kepada pengakuan Yesus sendiri ketika beliau ditanya adakah diperbolehkan memberi jizyah kepada Kaisar, Yesus menjawab “Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!” (Markus 12:17)
 Malah Yesus sendiri membayar jizyah kepada Kaisar Romawi seperti yang dijelaskan di dalam Injil Matius.
“Dan ketika Petrus masuk rumah, Yesus mendahuluinya dengan pertanyaan:Apakah pendapatmu,Simon?Dari siapakah raja-raja dunia ini memungut bea dan pajak? Dari rakyatnya atau dari orang asing?Jawab Petrus:Dari orang asing! Maka kata Yesus kepadanya: Jadi bebaslah rakyatnya.Tetapi supaya jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka, pergilah memancing ke danau.Dan ikan yang pertama yang kau pancing,tangkaplah dan bukalah mulutnya, maka engkau akan menemukan mata uang empat dirham di dalamnya.Ambillah itu dan bayarkanlah kepada mereka, bagiku dan bagimu juga” (Matius 17:25-27)
Nah!Lihatlah sendiri Yesus yang diagung-agungkan oleh seluruh penganut kristian dari timur hingga  ke barat malah dianggap Tuhan, beliau sendiri mengakui bahawa sesungguhnya jizyah adalah suatu kewajiban yang harus dibayar kepada pemerintah.Hairan sungguh hairan,beribu-ribu kali hairan setiap kali dibahaskan masalah jizyah orang-orang Kristian mengatakan jizyah adalah semata-mata ajaran Islam yang kononnya tidak ada di dalam kitab-kitab mereka.SubhanaLlah!Inilah kebohongan mereka yang amat nyata!!!
Paulus yang dianggap rasul oleh orang-orang kristian sendiri menganjurkan membayar jizyah kepada pemerintah Romawi.Dalilnya terdapat di dalam Roma 13.
“Sebab itu perlu kita menaklukkan diri, bukan saja oleh karena kemurkaan Allah, tetapi juga oleh karena suara hati kita.Itulah sebabnya maka kamu membayar pajak.Karena mereka yang mengurus hal itu adalah pelayan-pelayan Allah.” (Roma 13:5-7)
  Disebut dalam Ensaiklopedia Al Kitab:
“Pada zaman-zaman kebelakangan jizyah dibayar sebagai khidmat kepada haikal dan orang-orang Yahudi   membayar jizyah tersebut …  Josephus memberitahu kita di dalam buku sejarahnya sejumlah besar wang masuk ke dalam perbendaharaan haikal daripada sumber jizyah dan hal ini berterusan sehinggalah ke zaman Yesus (Matius 17:24).Apa yang menarik Yesus sendiri menggunakan mukjizatnya supaya dapat membayar jizyah tersebut…” (Ensaiklopedia Al Kitab halaman 540)
Demikianlah jizyah sebenarnya ada dan diperakukan oleh kedua-dua Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dan diamalkan oleh para nabi dalam Al Kitab.Jadi kalau jizyah ada dalam Islam dan diperintah di dalam Al Quran ianya bukanlah sesuatu yang baru.Malah jizyah yang dianjurkan oleh Allah di dalam Al Quran adalah lebih manusiawi dan lebih menasabah jika dibandingkan dengan jizyah yang ada dalam tradisi Judo Kristian yang sangat besar kemungkinannya telah ditokok tambah oleh manusia.Sesungguhnya Islam hanya mengenakan jizyah ke atas orang yang mampu berperang sahaja.Ini berarti kanak-kanak, wanita,yang pada kebiasaannya tidak ikut berperang  dan orang-orang tua yang sudah tidak mampu berperang tidak diwajibkan membayar jizyah.Firman Allah di dalam Al Quran yang bermaksud:
“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak beriman kepada hari akhirat, dan mereka pula tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan RasulNya, dan tidak berugama dengan ugama yang benar, iaitu dari orang-orang yang diberikan kitab (kaum Yahudi dan Nasrani), sehingga mereka membayar jizyah dengan keadaan taat dan merendah diri” (Al Quran Surah Attaubah 9:29)
Imam Qurtubi berkata di dalam mentafsirkan ayat di atas:
“Berkata ulama-ulama kita semoga rahmat Allah tercurah ke atas mereka:Berdasarkan kepada dalil Al Quran (di atas) adalah jizyah itu hanya diambil daripada lelaki-lelaki yang mampu berperang sahaja karena Allah telah berfirman “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak beriman kepada hari akhirat, dan mereka pula tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan RasulNya, dan tidak berugama dengan ugama yang benar, iaitu dari orang-orang yang diberikan kitab (kaum Yahudi dan Nasrani), sehingga mereka membayar jizyah..”Ini berarti jizyah hanya diambil dari orang yang diperintahkan untuk diperangi (yaitu para lelaki kafir yang mampu berperang—adalah maklum Islam tidak membolehkan memerangi wanita,kanak-kanak dan orang-orang tua).Dan berdasarkan kepada ayat itu juga para hamba tidak diwajibkan membayar jizyah walaupun mereka mampu berperang karena para hamba tidak memilikki harta(mereka tidak memilikki diri mereka sendiri maka bagaimana mereka bisa memilikki harta?)…Dan telah menjadi kesepakatan para ulama bahawa kewajiban membayar jizyah hanya tertanggung di atas kepala para lelaki yang merdeka dan baligh karena merekalah yang telah diperintahkan supaya diperangi dan bukannya kaum wanita,kanak-kanak,para hamba dan orang-orang gila (yang tidak mampu berperang). (Imam Al Qurtubi, Al Jami’ Li ahkamil Quran vol 8 halaman 72).
Jadi jizyah hanya diambil dari orang-orang ynag telah disebutkan di atas.
Tujuan mengambil jizyah daripada orang-orang kafir pula adalah sebagai tanda orang-orang kafir tersebut mengaku berdamai dan tidak akan menyerang kaum muslimin dan sebagai balasannya kaum muslimin wajib berperang bagi pihak mereka  jika ada musuh lain yang cuba mengganggu mereka dan inilah yang diistilahkan oleh ahli-ahli fiqih Islam sebagai zimmi (berarti di dalam tanggungan) yaitu orang-orang kafir yang keselamatan mereka ditanggung oleh kaum muslimin.Abu Ubaidah Ammar  Ibnu Al Jarrah salah seorang sahabat Nabi sebagai contoh, sewaktu menjadi gabenur di Syam telah memulangkan kembali jizyah yang telah diambil daripada orang-orang kafir di sana karena beliau melihat orang-orang Islam dalam keadaan lemah dan tidak mampu untuk melindungi orang-orang kafir zimmi pada waktu itu daripada serangan pihak musuh.Jizyah yang telah diambil dikembalikan semula dengan alasan tidak mampu memberikan perlindungan kepada orang kafir zimmi karena memang itulah perjanjiannya sewaktu orang-orang Islam mengambil jizyah daripada mereka.Jadi tuduhan musuh-musuh Islam yang mengatakan bahawa jizyah adalah cukai yang dikenakan ke atas orang kafir atas sifat mereka sebagai orang kafir dan oleh itu menurut mereka sebagai suatu penghinaan karena ianya menunjukkan layanan kelas kedua ke atas warganegara yang bertaraf zimmi  adalah meleset samasekali karena hakikat jizyah hanyalah sebagai tanda perdamaian atau persahabatan dan ianya dibalas oleh kaum muslimin dengan memberikan perlindungan kepada mereka.
Ustaz Ahmad Muhammad Jamal Guru Tafsir di Universiti Ummul Qura menulis , “Sesungguhnya jizyah itu diambil bagi melindungi nyawa orang-orang zimmi yang ada dalam perbatasan wilayah kekuasaan Islam dan seterang-terang dalil yang menunjukkan akan yang demikian itu ialah apabila Abu Ubaidah Ammar Al Jarrah mengembalikan jizyah yang telah diambil dari orang-orang Syam(Syria) ketika sampai kepadanya berita bahawa pihak Romawi membuat persiapan untuk menyerang kaum Muslimin yang menyebabkan kaum muslimin tidak dapat lagi memberi perlindungan kepada warga zimmi di sana karena mereka terpaksa menumpukan perhatian bagi menghadapi serangan Romawi yang tersebut.Di dalam suratnya kepada warga zimmi Abu Ubaidah menulis:Sesungguhnya kami kembalikan jizyah yang telah kami ambil dari kalian karena telah sampai kepada kami bahawa pihak Romawi akan menyerang kami sehingga kami tidak bisa lagi memberi perlindungan kepada kalian padahal jizyah yang kami ambil ini adalah dengan syarat kami harus melindungi kalian…” (Ahmad Muhammad Jamal ,Quranul Karim Kitabun Uhkimat ayaatuhu-Dar el Ihya el ulum Beirut)
Harus juga diingat jizyah itu adalah suatu kontrak antara muslim dan non muslim yang berkemampuan sahaja dan agama Islam tidak mewajibkan jizyah ke atas orang-orang kafir yang fakir dan miskin.Buktinya Sayidina Umar tidak mengenakan jizyah kepada seorang Yahudi yang telah tua dan miskin sebaliknya orang tua Yahudi itu telah diberikan sebuah rumah untuk menetap tinggal  dan diberikan kos sara hidup yang diambil daripada baitul maal kaum muslimin. (Diriwayatkan oleh Abu Yusuf di dalam Kitab Al Kharraj halaman 151)
Demikianlah jizyah di dalam Islam hanya dikenakan ke atas orang yang mempunyai kemampuan.Berbeda dengan jizyah di dalam tradisi Judo Kristian dikenakan ke atas orang yang berkemampuan dan juga ke atas orang yang tidak berkemampuan.Misalnya Raja Sulaiman menurut Perjanjian Lama telah mengenakan upeti dalam bentuk kerja paksa kepada hamba rakyatnya sehingga mereka sudah tidak tertahan sehinggalah apabila kekuasaan berpindah tangan kepada anaknya Rahabeam, segala hamba rakyat tersebut telah meminta Rahabeam mengurangkan beban tanggungan yang dipikulkan ke atas mereka oleh Raja Sulaiman sewaktu memerintah seperti yang terdapat nasnya di dalam Kitab 1 Raja-Raja 12 sebagaimana berikut:
“Orang menyuruh memanggil dia, lalu datanglah Yerobeam dengan segenap jemaah Israel dan berkata kepada Rahabeam: Ayahmu telah memberatkan tanggungan kami, maka sekarang ringankanlah pekerjaan yang sukar yang dibebankan ayahmu dan tanggungan yang berat yang dipikulkannya kepada kami, supaya kami menjadi hambamu.” (1 Raja-Raja 12:3-4)
Namun permohonan tersebut ditolak bahkan berjanji utnuk menambahkan lagi beban mereka hamba rakyat tersebut:
“Ia mengatakan kepada mereka menurut nasihat orang-orang muda:Ayahku telah memberatkan tanggungan kamu tetapi aku akan menambah tanggunganmu itu;ayahku telah menghajar kamu dengan cambuk, tetapi aku akan menghajar kamu dengan cambuk yang berduri besi” (1 Raja-Raja 12:14)
Akhir kata, kepada  para pembaca silalah bandingkan perbedaan antara jizyah dalam Islam dengan jizyah dalam tradisi Judo kristian yang manakah yang menepati ciri-ciri keadilan dan berkonsepkan perasaan belas kasihan kepada sesama manusia.Silalah kalian nilaikan sendiri.


No comments:

Post a Comment