Terdahulu telah saya nukilkan dalil-dalil tentang keabsahan nur Muhammad saw dari tulisan HMH Al-Hamid Al-Husaini yang dipetik dari buku beliau yang berjudul "Liku-Liku BID'AH ...dan masalah khilafiyah" terbitan Pustaka Nasional.Nukilan kali ini memaparkan pula bagaimana terdapatnya sumber-sumber agama yang mengesahkan adalah kewujudan sekelian alam adalah demi kerana baginda saw.Sesuatu yang ditolak oleh sebahagian ulama masa kini dengan alasan ianya merupakan pengagungan yang berlebihan ke atas Rasulullah saw.Melalui paparan ini kita akan mengetahui sejauh mana benarnya penolakan tersebut.Berkata HMH Al-Hamid Al-Husaini....
Dalam berbagai kitab Manaqib beberapa ulama menyebut sejumlah keistimewaan junjungan kita nabi Besar Muhammad saw,antara lain:Bahwa alam wujud ini diciptakan Allah swt demi beliau.Di antara para ulama yang menyebutkan hal itu ialah Al-Hafizh Jalaluddin As-Suyuthi,Al-Hafizh Al-Qasthalani dan Syekh Az-Zarqani.Hadis-hadis mengenai itu yang mereka kemukakan kemudian dibenarkan oleh Al-Hafizh Al-Hakim,As-Subuki dan Al-Balqini.
Al-Hakim,Al-Baihaqi dan At-Thabarani mengenengahkan hadis mengenai itu berasal dari Umar bin Al-Khatthab ra.Demikian pula Abu Nu'aim dan Ibnu Asakir:Umar bin Al-Khatthab ra menuturkan,bahwasanya Rasulullah saw pernah menyatakan:(yang maksudnya seperti berikut)
"Setelah Adam as berbuat kesalahan (melanggar larangan Allah) ia mohon:'Ya Rabb (Ya Allah),Demi kebenaran Muhammad (bi haqqi Muhammad) mudah-mudahan engkau mengampuni dosa kesalahanku'.Allah bertanya:'Bagaimana engkau mengenal Muhammad?'Adam menjawab :'Ketika Engkau menciptaku dengan tanganMu dan setelah Engkau tiupkan bagian dari rohMu kepadaku, ku angkatlah kepalaku.Kemudian ku lihat kepada penyangga arasy tertulis:LA ILAHA ILLALLAH MUHAMMAD RASULULLAH.Aku mengerti bahwa Engkau tidak akan menempatkan nama lain di samping asmaMu kecuali makhluk itu yang palin Engkau cintai'.Allah menjawab :'Hai Adam,engkau benar.Kalau bukan kerana Muhammad Aku tidak menciptamu!"
Al-Hakim menilai bahwa hadis tersebut berisnad shahih(benar),sedangkan Az-Dzahabi menilainya sebagai hadis maudhu'(tidak dapat dipercayai kebenarannya berasal dari Rasulullah).Penilaian Az-Dzahabi bahwa hadis tersebut maudhu' tidak mengherankan,kerana tiap hadis melalui ta'dil dan tajrih,yakni harus melalui proses penyaringan,pengecekan dan penelitian yang dilakukan oleh para ulama ahli hadis.Lagi pula Az-Dzahabi termasuk para ulama ahli hadis yang ketat dan keras.
Oleh Al-Baihaqi hadis tersebut diketengahkan dalam kitabnya yang amat terkenal,yaitu 'Dalaa'ilun-Nubuwwah'.Sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Hafizh As-Suyuthi di dalam kitabnya, 'Al-La'ali' Al-Mashunah' (kitab tentang Tauhid),bahwasanya Al-Baihaqi tidak akan mengenengahkan sebuah hadis yang diketahuinya hadis itu maudhu'.Al-Baihaqi mengemukakan hadis tersebut di dalam muqaddimah(pendahuluan) 'Dalaa'ilun-Nubuwwah', itu menunjukkan bahwa ia menerima baik hadis yang diketengahkannya,yakni ia memandangnya sebagai hadis shahih.Ia sendiri mengenai kitab 'Dalaa'ilun-Nubuwwah' menegaskan:"Engkau(muridnya) wajib menerima isinya,sebab semuanya adalah petunjuk (huda) dan cahaya(nur)".
Al-Hakim mengenengahkan sebuah hadis yang dinilainya sebagai hadis shahih,dan yang keshahihannya diakui oleh As-Subuki dan Al-Balqini.Yaitu sebuah hadis berasal dari Ibnu Abbas ra yang menuturkan sebagai berikut:Rasulullah saw pernah menerangkan:(yang maksudnya adalah seperti berikut)
"Allah swt mewahyukan kepada Isa as:Hendaklah engkau beriman kepada Muhammad,dan suruhlah orang-orang dari umatmu yang mengalami hidupnya supaya beriman kepadanya.Sebab, kalau bukan kerana Muhammad Aku tidak menciptakan Adam,tidak menciptakan syurga dan tidak pula menciptakan neraka.Telah ku ciptakan arasy di atas air,namun ia goncang,tetapi setelah Kutuliskan di atasnya LA ILAHA ILLALLAH MUHAMMAD RASULULLAH,tenanglah ia."
Al-Hakim menilainya sebagai hadis shahih,sedangkan Az-Dzahabi memandangnya sebagai hadis maudhu'.
Sebagaimana diketahui,hadis tersebut diketengahkan juga oleh Al-Imam Muhammad bin Yusuf As-Syami dalam kitabnya yang terkenal,di bawah judul 'As-Sirah As-Syamiyah'.Dinyatakan olehnya, bahwa hadis tersebut diriwayatkan oleh Abu Syekh dalam 'Thabaqatul-Ishfahaniyin',dan diriwayatkan juga oleh Al-Hakim serta dibenarkan olehnya.Kebenaran hadis tersebut diakui oleh As-Subuki dan oleh Syeikhul-Islam Al-Balqini di dalam 'Fatawa'nya.Az-Dzahabi mengatakan bahwa di antara isnadnya (para perawi sumber hadis) terdapat orang bernama Amru bin Aus.Akan tetapi tidak ada orang yang mengetahui siapa Amru bin Aus itu.
Ad-Dailami di dalam musnadnya meriwayatkan sebuah hadis berasal dari Ibnu Abbas ra yang menuturkan bahwasanya Rasulullah saw pernah memberitahu para sahabatnya:(yang bermaksud)
"Malaikat Jibril telah datang kepadaku,kemudian berkata:Hai Muhammad,Allah telah berfirman:Kalau bukan kerana engkau Aku tidak menciptakan syurga, dan kalau bukan kerana engkau Aku tidak menciptakan neraka."
As-Subuki mengemukakan juga hadis tersebut di di dalam Syifa'us Saqam dan menilainya sebagai hadis shahih.
Hadis semakna diketengahkan juga oleh Syeikhul-Islam Ibnu Taimiyah di dalam Al-Fatawa Al-Qubra.Ia mengatakan bahwa Abu Nuaim Al-Hafizh di dalam kitab Dalaa'ilun-Nubuwwah meriwayatkan hadis dari Syeikh Abul-Faraj dan berasal dari Umar bin Al-Khatthab ra yang menuturkan,bahwasanya Rasulullah saw menyatakan:(yang maksudnya kira-kira)
"Setelah Adam tertimpa musibah berbuat kesalahan (dosa) ia mengangkat kepala lalu berkata:'Ya Rabb (Ya Tuhan),dengan kebenaran Muhammad (bi haqqi Muhammad) mudah-mudahan Engkau telah mengampuni dosa kesalahanku!'Allah lalu mewahyukan kepadanya:'Apa dan siapakah Muhammad?'Adam menjawab:'Ya Rabb setelah Engkau menyempurnakan penciptaanku,ku angkat kepalaku ke arah arasyMu (singgahsanaMu).Ku lihat di atasnya tertulis LA ILAHA ILLALLAH MUHAMMAD RASULULLAH.Sejak itulah aku mengetahui bahwa ia adalah makhluk ciptaanMu yang termulia di sisimu,kerana Engkau menyertakan namanya bersama asmaMu'.Allah menjawab:'Ya, engkau telah ku ampuni dan dia (Muhammad saw) adalah nabi terakhir dari keturunanmu.Jika bukan kerana dia engkau tidak ku ciptakan!"
Mengenai hadis tersebut Ibnu Taimiyah menyatakan:"Hadis itu memperkuat hadis sebelumnya dan dapat dipandang sebagai tafsir hadis-hadis lain yang semakna."
Hal itu menunjukkan bahwa menurut Ibnu Taimiyah hadis tersebut dapat dijadikan pembuktian dari bahan pemikiran (i'tibar).Sebab hadis yang maudhu' dan batil(palsu) samasekali tidak dapat dijadikan pembuktian atau kesaksian di kalangan para ulama ahli hadis.Jelaslah bahwa Syeikhul-Islam Ibnu Taimiyah menggunakan hadis tersebut sebagai bahan kesaksian atau pembuktian menafsirkan hadis-hadis lainnya yang semakna.Itu merupakan kenyataan yang menunjukkan, bahwa hadis tersebut dibenarkan oleh sekelompok (jamaah) ulama ahli hadis yang terutama,seperti Al-Hakim,As-Subuki,Al-Balqini dan Al-Baihaqi.Mereka sepakat tidak mau mengenengahkan hadis-hadis maudhu'.Selain mereka turut membenarkan juga Ibnu Katsir,Al-Qasthallani dan Az-Zarqani.Penilaian Az-Dzahabi yang menilainya sebagai hadis maudhu' tidak ada pengaruhnya.Pendapat Ad-Dzahabi tidak lebih baik daripada pendapat Al-Hakim dan Al-Baihaqi.Pihak mana saja yang berijtihad boleh saja menolak kebenaran hadis itu,dan pihak kami pun mempunyai penilaian sendiri sebagai hasil ijtihad.Pihak yang menolak berdasarkan penilaian Az-Dzahabi tentu berbeda pendapat dengan kami sebagai pihak yang menerima baik hadis tersebut berdasarkan penilaian Al-Hakim dan Al-Baihaqi.Jika ada pihak yang berpendapat Al-Hakim terlalu mudah membenarkan sebuah hadis,hendaklah ia mengerti juga bahawa Az-Dzahabi pun terlampau berlebih-lebihan dalam menetapkan maudhu'nya suatu hadis.Banyak di antara para ulama ahli hadis yang meleset dalam menetapkan maudhu'nya suatu hadis,seperti Ibnul jauzi,misalnya.Dalam kitabnya 'Al-Maudhu'atul-Kubra' ia mengenengahkan sejumlah hadis dha'if (lemah isnadnya),bahkan juga hadis-hadis hasan(baik) dan shahih (benar),padahal semuanya itu hadis-hadis yang terdapat di dalam 'Sunan Abi Daud',di dalam 'Mustadrak'nya Al-Hakim dan lain-lain kitab hadis sandaran.Bahkan ada pula hadis yang terdapat di dalam 'Shahih Muslim'
Hadis tersebut menunjukkan betapa tinggi kemuliaan dan kehormatan yang dianugerahkan Allah swt kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw.Sama sekali tidak mengandung unsur pengertian yang bertentangan dengan prinsip-prinsip tauhid,dan tidak pula mengurangi hak dan sifat ketuhanan yang mutlak ada pada Allah swt.Bahkan hadis tersebut dibuktikan kebenarannya oleh beberapa kenyataan yang termaktub dalam Al Quranul-Karim.Beberapa di antaranya adalah:
Allah swt dalam kitab sucinya -Al Quran-memberitahu bahwa Muhammad Rasulullah saw adalah rahmatan lil 'alamin (rahmat bagi alam semesta):
(FirmanNya yang bermaksud) "Kami tidak mengutusmu hanyalah rahmat bagi alam semesta" (Al-Anbiya':107)
Berdasarkan ayat tersebut maka pastilah bahwa beliau (Muhammad saw) adalah rahmat, dan rahmat itu bagi alam semesta.Jadi, alam semesta itu merupakan penampakan adanya rahmat.Kerana itu tidak ada salahnya jika dikatakan, bahwa alam semesta ini diciptakan demi rahmat yang terkait padanya.
Allah swt berfirman (yang maksudnya) "Tidaklah Ku ciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka bersembah sujud kepadaKu."(Ad-Zariyat:56)
Dari firman Allah tersebut dapat ditarik pengertian,bahwa hikmah penciptaan bukan lain hanyalah untuk beribadah kepada Allah swt.Agar ibadah dapat terlaksana maka diciptakan alam dunia ini sebagai tempat ibadah.Kerana itu dapatlah kita katakan,bahwa dunia dan alam semesta diciptakan Allah swt demi pelaksanaan ibadah kepadanya.Oleh sebab itu tidak ada salahnya jika dikatakan,bahwa Allah swt menciptakan alam semesta demi hamba-hambanya yang denga ikhlas bersembah-sujud kepadaNya,taat dan patuh.Dalam hal itu Muhammad Rasulullah saw adalah penghulu dan pemimpin mereka semua,bahkan beliau adalah intisari,penuntun mereka dan hamba Allah yang paling istimewa di antara mereka semesta.Apakah salahnya jika dikatakan,bahwa alam semesta ini diciptakan demi beliau?
Abdurrazzaq meriwayatkan sebuah hadis berasal dari Jabir bin Abdullah ra yang menuturkan kesaksiannya sebagai berikut:Aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw:(maksudnya kira-kira), Ya Rasulullah, bi abi anta wa ummi,beritahulah aku tentang sesuatu yang pertama-tama diciptakan Allah swt sebelum segala sesuatu lainnya!Rasulullah saw menjawab:'Hai Jabir,sungguhlah bahwa sebelum Allah menciptakan segala sesuatu,Dia telah menciptakan cahaya nabimu(nuru nabiyyika) dari nurNya (min nurihi)..."dan seterusnya.
Ibnu Asakir meriwayatkan sebuah hadis berasal dari salman Al-Farisi ra.Ia menuturkan penjelasan yang pernah didengarnya dari nabi saw sebagai berikut(yang maksudnya):
"Malaikat Jibril turun mendatangi nabi Muhammad saw kemudian berkata:Tuhanmu berfirman:Jika Aku dahulu telah mengangkat Ibrahim sebagai khalil,maka (sekarang) Aku telah mengangkatmu sebagai habib (kesayangan).Aku tidak menciptakan makhluk apa pun yang di sisiKu lebih mulia daripadamu.Dunia dan semua penghuninya Kuciptakan untuk memperkenalkan mereka akan kemuliaanmu dan kedudukanmu di sisiKu.Jika bukan kerana engkau dunia ini tidak kuciptakan!"
Dengan perkataan lain hadis tersebut bererti:Kalau bukan kerana kehendakKu alam semesta ini tidak tercipta,alam dunia ini tidak diciptakan dan kalau bukan kerana semua hamba Allah alam semesta ini tidak diciptakan,dan kalau bukan kerana Muhammad saw alam semesta ini tidak diciptakan.Kalimat tersebut mudah dimengerti,hanya saja menunjukkan derajat berbeda-beda,dan yang hanya difahami hakikat maknanya oleh orang yang berpandangan tajam.Mengingat keadaan atau kedudukan junjungan kita Nabi Muhammad saw dalam ibadah dan justru demi ibadah itulah alam semesta ini diciptakan demi kerana beliau (Muhammad saw) Allah swt telah berfirman:(yang bermaksud)
"Semua yang berada dibumi diciptakan bagi kalian" (Al-Baqarah:29)
"Dan Dia(Allah)menundukkan bagi kalian matahari dan bulan terus-menerus beredar,dan telah menundukkan bagi kalian malam dan siang(silih berganti)" (Ibrahim:33)
Jika semuanya itu diciptakan Allah swt demi ummat manusia,dan abul-basyar (Adam as) diciptakan Allah swt demi junjungan kita Nabi Muhammad saw,itu adalah penghormatan semata-mata.Sebab roh manusia yang pertama diciptakan Allah adalah roh Sayidina Muhammad saw.Hal itu dapat diketahui daripada sabda beliau:(yang bermaksud)
"Aku adalah manusia pertama yang diciptakan Allah dan aku pun manusia terakhir yang akan dibangkitkan Allah pada hari kiamat."
Hadis tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Saad sebagai hadis mursal dengan isnad shahih.Kecuali itu diriwayatkan juga oleh Abu Nuaim dan Ibnu Abi Hatim di dalam Tafsirnya.Diketengahkan pula oleh Ibnu La'ali' dan Ad-Dailami.Semua hadis mereka itu berasal dari Said bin Basyir yang secara berangkai menerimanya dari Qatadah,dari Al-Hasan dan dari Abu Hurairah ra dengan lafaz,
"Kuntu awwalannabiyyiina fil khalqi wa aakhiruhum fil ba'thi" yang ertinya Akulah Nabi pertama yang diciptakan Allah dan aku pun terakhir dari mereka (para nabi) yang akan yang akan dibangkitkan-pada hari kiamat.
Hadis tersebut belakangan itu menafsirkan hadis tersebut pertama,yaitu bahwa yang dimaksud manusia pertama dalam hadis terdahulu ialah nabi yang 'pertama'.Yakni,beliau nabi pertama di alam arwah dan nabi terakhir di alam asybah(antara alam dunia dan alam akhirat).Hal itu telah diberitahukan Allah kepada beliau di alam arwah sebelum terciptanya arwah para nabi yang lain.Dengan demikian maka nubuwwah(kenabian) sudah terbuka sejak di alam arwah,dan dengan demikian pula nubuwwah akan berakhir di alam asybah.Tegasnya ialah,bahwa junjungan kita nabi Muhammad saw adalah pembuka dan beliau pun adalah penutup.
Termizi meriwayatkan sebuah hadis berasal dari Abu Hurairah ra yang menuturkan:Beberapa orang sahabat bertanya:"Ya Rasulullah,bilakah kenabian(mulai)diwajibkan(dipikulkan) kepada anda?"Beliau menjawab:"Ketika Adam masih di antara roh dan jasad." Termizi menilai hadis tersebut sebagai hadis hasan (baik) dan gharib (tidak dikenal sebelumnya).Sedangkan Abu Nu'aim,Al-Baihaqi dan Al-Hakim,selain mengenengahkan,juga menilai hadis tersebut shahih.Hadis tersebut juga diriwayatkan oleh Al-Bazzar,Thabarani dan oleh Abu Nu'aim juga,dari sumber lain,iaitu Ibnu